Langsung ke konten utama

Ikun, Kamu Pikun!


Setelah hampir satu tahun bekerja, aku tak hentinya membuka mata dan telinga. Jujur rasanya ku ingin mengatakan sumpah serapah untuk situasi yang diluar dari alur yang benar. Bekerja di instansi pemerintah, awalnya tidak membuat ku bahagia. Pemikiranku tentang birokrasi semuanya benar, karena sekarang aku terjun langsung dan dapat merasakan. Hingga berjalannya waktu, pekerjaan ini membuat ku tersentil, apa aku tega uang pajak masyarakat tidak dimanfaatkan dengan baik. Jahat sekali aku menjadi pembiar yang lebih mementingkan ego ku. Sedangkan aku dibesarkan dari uang hasil pekerjaan sebagai abdi negara.

Kadang bingung sama orang-orang birokrat, bersikap congkak seakan mereka benar. Iya benar untuk bertindak seenaknya karena mereka berseragam, sedangkan masyarakat khususnya yang bahkan tak punya sepatu bukanlah apa dibanding mereka. Malu ga sih pakai mobil dinas diluar jam kerja buat keperluan pribadi, Malu ga sih memaksa untuk mendampatkan pelayanan lebih cepat tanpa mau menunggu proses, malu ga sih memakan uang rakyat walaupun sedikit, malu ga sih dapat posisi hasil dari main belakang, dan malu ga sih pulang cepat ga sesuai jam kerja, serta malu ga sih ga menjalankan tugas tapi tetep senang dapat penghasilan. E lupa kalau ternyata malu-nya orang-orang itu sudah tak ada di depan Pencipta-Nya, ya apalagi di depan manusia lain.

Penilaianku untuk birokrasi Indonesia sekarang, luar biasa reformasinya. Dua jempol untuk teman-teman di pusat dan kota besar yang memang sangat terlihat dan terasa pengabdiannya. Meskipun aku ga tau dibalik itu, apa mereka baik-baik saja atau tidak. Aku yang hanya sebagian kecil abdi di daerah, mengakui masih banyak yang bener-bener pembawa kebaikan, tetapi yang aneh-aneh lebih banyak yang perlu diingatkan kembali.

Terima kasih waktu, regenerasi dan reformasi membuat ku si kecil melihat ada secercah harapan. Berharap pemain lama menjadi ingat dan yang baru benar-benar menjadi pengingat. Selamat menjadi baik yang memang harus baik ..
Kandangan, 8 Desember 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unspoken (Terminal Arjosari)

Malang, 4 Maret 2017 sekitar Pukul 05.00 WIB. Kosan Teman Dapat telepon untuk bangun sekitar jam 04.00 WIB dari Ria read:nama samaran .  Ini dikarenakan malamnya aku menjanjikan untuk mengantar dia ke Terminal Arjosari dikarenakan dia ada acara di Surabaya. Padahal tidur baru sekitar dua jam, dan itu jujur susah sekali membuat tubuh dan otak berkompromi. Akhirnya aku tidur lagi. Tidak berapa lama dapat telepon kembali. Dan akhirnya aku bener-bener meniatkan bangun. Langsung ambil jilbab dan cari kunci motor. Pada saat itu pula aku menuju rumah Ria.  Jalan Kumandang adzan pun mulai terdengar bersaut-sautan. Sempat terpikir di pikiran, semisal mau sholat di rumah Ria. Tetapi ketika sampai di depan rumah, dikarenakan ternyata Ria buru-buru. Akhirnya ya sudah aku memutuskan untuk sholatnya sehabis mengantar dia. Ketika menuju Terminal, Ria berkata, "Aku aja yang bawa motor, km kelihatan ngantuk Nu". Tanpa berpikir dua kali, aku menyerahkan kunci ke dia. Di jalan, kita t...

Indescribable Feeling

Bicara mengenai Indescribable Feeling . Pasti semua orang pernah ngerasain itu, right? . Post ini hanya untuk have fun , meskipun ada sedikit unsur curhat (Read : Curahan Hati) . Jangan tanya alasan kenapa aku nulis ini. Anggap aja ini hanya sharing opini, kali aja berguna buat yang lagi ngerasain hal yang sama. " Love someone make us so motivated but at the same time we can feel so fool" (Nunu, 19th) Kata siapa orang pacaran cuman butuh nyaman? maybe everyone have a different point of view for this. But for me , itu ga cukup . If you have a relationship without goal and impact. Exactly, it just waste your time . Menemukan seseorang yang bisa mengerti, mengingatkan dan saling berbagi itu adalah hal yang penting. Jadi perlu win-win untuk kedua belah pihak. LOL!  I hope that you can find someone special like that. Amin

Pesan untuk Adik

Apabila pesan yang telah disampaikan kemarin-kemarin tidak sampai ke hati adik, semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat yang dapat dibaca berulang hingga pesannya sampai ke hati di kala adik lelah dan hilang arah. Dari dulu sampai sekarang masih sama, aku berpikiran bahwa kita sama-sama belajar bukan berarti aku yang lebih dulu lahir itu cerdas dan paling tahu dalam segala hal. Hanya kebetulan tahu lebih dahulu beberapa hal. Bolehkah harapan aku dan mereka yang menyayangimu, kami harap kamu menjalani hidup yang lebih baik (?) kalau kata ibu, keluarga tidak boleh dan tidak semestinya menjerumuskan.   Entah disadari atatu tidak, entah diingat atau tidak, pengalaman perjalanan melihat keindahan kota dengan suguhan kehidupan masyarakat atau taman kota itu punya maksud. Harapannya hati adik lebih lembut dan pemikiran adik lebih terbuka. Bahwa hidup itu indah. Dan untuk setiap sharing pengalaman yang disampaikan ada maksud untuk adik menjadi yang lebih baik. Yang pasti lebih baik dar...