Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Wanita Millenial; No Worry & Be Happy on Our 40s

Diusia 40 tahun keatas aku, kamu, dan kita akan sadar bahwa bekerja dengan posisi bonafide tidak cukup untuk membuat kehidupan bahagia. Seorang wanita karier yang bekerja dari minggu ke minggu bukan menjadi rutinitas   yang baik, apalagi kita sudah berkeluarga. Ada banyak faktor yang penting untuk dipertimbangkan. Hal-hal seperti : anak, suami, orang tua, dan diri sendiri   ternyata menentukan kualitas hidup kita. Kita bukan lagi menjadi seseorang yang akan bertahan hanya karena alasan demi mendapat uang banyak dan menjadi orang kaya. Impian untuk hidup berlimpah dengan uang ternyata tidak dapat membeli kebahagiaan seutuhnya. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan diusia muda. Jika kalian sekarang masih seusia saya yaitu usia 20an, maka Anda beruntung. Tetapi lebih beruntung lagi teman-teman yang membaca tulisan ini, entah di usia berapa diri kalian. Faktanya tidak ada kata terlambat untuk berubah. Ini waktunya untuk aktif melakukan aktivitas-aktivitas guna mengembangkan diri a

Freedom Of Speech Era

Freedom Of Speech,   especially in Indonesia. Berdiskusi terkait hal ini bukan hal yang asing bagi kita. Kalau teman-teman tarik garis sejarahnya, topik ini sebenarnya telah diatur di UU Indonesia. Tepatnya di dalam UUD 1945 Pasal 28E Ayat 3 yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat .” Sama halnya dengan tulisan pada halaman ini , it’s a kind of freedom of speech. Kalau orang-orang tua kita dahulu menyuarakan pendapatnya dengan memanfaatkan aksi, aksi, dan aksi, kini kita punya media yang bisa dikatakan lebih cepat untuk mengajak masa dan men- deliver apa yang ingin kita sampaikan. Ya! Jawabannya adalah sosial media. Sayangnya yang aku rasakan, semakin maju jaman tidak semakin membuat masyarakatnya menjadi maju pula. Dengan akses yang mudah seharusnya kita memahami bahwa kita dituntut untuk lebih bijak dalam beropini apapun di sosial media kita.   Kita punya hak untuk memiliki sosial media, tetapi orang lain

Poetry ; Terbungkam Rasa

Ternyata.. Rasanya sakit Lebih dari dicabik-cabik Tertahan dan menyakitkan Namun tak mungkin diucapkan Dan tak akan pernah diungkapkan Entah sejak kapan.. Dirimu masuk kedalam pikiran Menyentuh hati sampai ke dasar Bingung, bertanya, dan tak berani menjawab Terima kasih untuk waktu-waktu yang membuat ku mengenal mu  Menjadi penenang akan semua kebingunganku Menjadi telinga untuk semua ceritaku Mewujudkan segala keinginan konyolku Menyediakan bahu untuk bersandar ketika ku tak lelap tertidur Menyusuri jalan yang menyisakan kenangan manis yang akan ku rindukan Maafkan aku yang lancang ini Pengecut yang terbungkam rasa. Malang, 11 Maret 2018 "The sky never lies"

Mencari Jawaban

Hampa. Tidak ada siapa-siapa. Aku pun tak ingin menyapa. Dan aku hanya bertanya ini kenapa. Pernah ga merasa sendirian meskipun sebenarnya banyak orang di sekitar kita. Kita mau jalan dan berbincang sama siapapun sebenarnya bisa. Tetapi hati kita merasa sedih aja. Ya sedih aja dan kita ga tau entah kenapa.. Di awal tahun ini, aku resmi menyandang predikat mahasiswi tingkat akhir. Kerjaannya cuman ngerjain skripsi, skripsi, dan skripsi. Jujur kangen belajar di kelas dan kangen dapat program kerja organisasi. Walaupun belajar, ujian, dan menyelesaikan proker itu bukan hal yang mudah tetapi ada adrenalin tersendiri menghadapinya. Berbeda rasa adrenalinnya dengan mengerjakan skripsi. Bagi teman-teman yang belum skripsian, jangan ke dokrin bahwa skripsi itu susah ya. Bukan susah! Seriusan. Kalian bisa, pasti bisa, dan aku yakin! dengan catatan kalian komit dan mau kerja keras. Karena emang butuh banyak-banyak kesabaran. Wah kata “semangat” dari siapun itu menjadi suntikan