Langsung ke konten utama

Unspoken (Terminal Arjosari)

Malang, 4 Maret 2017 sekitar Pukul 05.00 WIB.
Kosan Teman
Dapat telepon untuk bangun sekitar jam 04.00 WIB dari Ria read:nama samaran.  Ini dikarenakan malamnya aku menjanjikan untuk mengantar dia ke Terminal Arjosari dikarenakan dia ada acara di Surabaya. Padahal tidur baru sekitar dua jam, dan itu jujur susah sekali membuat tubuh dan otak berkompromi. Akhirnya aku tidur lagi. Tidak berapa lama dapat telepon kembali. Dan akhirnya aku bener-bener meniatkan bangun. Langsung ambil jilbab dan cari kunci motor. Pada saat itu pula aku menuju rumah Ria. 

Jalan
Kumandang adzan pun mulai terdengar bersaut-sautan. Sempat terpikir di pikiran, semisal mau sholat di rumah Ria. Tetapi ketika sampai di depan rumah, dikarenakan ternyata Ria buru-buru. Akhirnya ya sudah aku memutuskan untuk sholatnya sehabis mengantar dia. Ketika menuju Terminal, Ria berkata, "Aku aja yang bawa motor, km kelihatan ngantuk Nu". Tanpa berpikir dua kali, aku menyerahkan kunci ke dia. Di jalan, kita ternyata sama-sama ga tau dimana tepatnya Terminal Arjosari. Kita tau arah kemana jalannya, tetapi kita sama-sama ga tau tepatnya dimana. Dengan mengandalkan papan hijau penunjuk jalan, kita menemukan terminal. Tetapi kita bingung karena ada dua gerbang, aku juga ga tau gimana cara Ria memutuskan  memilih gerbang masuk mana.

Terminal Arjosari
 Pada saat itu terminal sudah mulai ada orang-orang meski tidak banyak. Tidak terlihat gedung terminal, hanya terlihat banyak bis dan warung-warung di pinggirannya. Langit masih gelap saat itu, entah sudah jam berapa. Setelah aku menurunkan Ria, aku langsung pulang. Aku sudah terpikir untuk sesegara mungkin kembali ke Kosan Teman. Ketika aku ingin keluar, aku melihat dua jalan, jalan kanan yang aku lewati dengan Ria sewaktu masuk dan jalan kiri. Entah kenapa aku memilih jalan kiri, padahal sempat terbesit untuk memilih jalan kanan. Dengan kecepatan penuh, akhirnya aku memilih jalan kiri. Berselang tak lama, kejadian itu terjadi. Aku tidak trauma. Tetapi sampai sekarang aku masih bisa membayangkan gimana rasanya. Aku melayang.. Aku mendengar suara itu. Aku bingung. Saat itu posisi aku setelah kejadian, aku sedang telungkep dengan seribu keheningan. Sempat diam ga bergerak sekitr 30 detik sepertinya sampai akhirnya aku tersadar. Aku di bangunkan oleh banyak orang. Semua orang disana mengelilingi aku. Mengangkat dan meminggirkan aku. Aku duduk dan aku ga tau harus ngomong apa. di dalam hati ku, aku beristighfar, aku shocked,tetapi lisan ku ketawa, aku bingung harus apa. Teman ku Ria kembali menyamper aku, dia di minta orang sekitar bersihin luka-luka ku. baru kali itu air mata keluar. Hahaha. aku baru berani lihat, pergelangan kaki mengeluarkan darah yang tak terbendung, dagu berdarah, tangan luka-luka. aku pengen ngakak Hahaha aku ga tau harus apa. Aku dijemput dan diantar langsung ke rumah sakit. itu kali pertama aku masuk rumah sakit. Dan aku langsung merasakan operasi kecil. 

Dimanapun
Sekarang, sudah hampir dua bulan setelah kejadian. Iya sudah tidak begitu kepikiran, karena lukanya juga hanya tersisa menunggu kulit tumbuh. Tetapi proses yang dijalaninya sangat panjang dan berliku. Dari setiap hari perlu ke rumah sakit, perlu bertemu bau rumah sakit, ketemu obat-obatan, etanol, betadine, tongkat, perban, dan teman-temannya. Banyak senangnya dan banyak sedihnya pula. Aku bersyukur untuk semuanya yang terjadi. Aku merasa beruntung ini terjadi ke aku. Aku bisa melihat apa yang ga bisa aku lihat sebelumnya. Aku belajar banyak hal. Tetapi ya tetap aku berjanji untuk tidak mengulang itu lagi. sudah. cukup. 

"Karena rasa sakit sebenarnya obat untuk menguatkan diri. You should be okay for yourself",- Nunualfsyh

                                                                 RS. Syaiful Anwar
                                RS Lavallete                                                 Rumah Kedua

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Kata Allah Maha Perencana Terbaik

Beberapa waktu ini lagi sering berada di situasi yang buat aku berpikir, wah memang Allah Maha Perencana terbaik. Banyak hal yang tidak disangka-sangka terjadi. Sebenarnya kalau menoleh ke belakang, semestinya aku lebih menyadari bahwa apa yang telah aku lalui itu merupakan pertanda dari Allah bahwa ini nih jalan takdir yang sudah aku buatkan untukmu dan untuk mereka bahkan sudah Ia tuliskan sebelum bumi tercipta. MasyaAllah banget ga sih. Sesederhana aku lagi kepikiran pengen sesuatu, tidak lama aku mendapatkan hal itu. Rizqi yang menjadi takdirku. Sebagai contoh hal besar yang bener2 membuat aku merasa “wah ini sih memang Allah’s plan”, aku yang memimpikan UGM pada akhirnya melanjutkan sekolah di UB. Aku yang ingin kerja di korporat padahal sudah sengaja ngambil sekolah bisnis, ternyata Allah kasih kesempatan mengabdi untuk negeri. Wah ini sih, kalau Allah kasih aku takdir yang lain.. belum tentu aku mampu dan belum tentu aku dapat pahala. Sedangkan tujuan yang aku cari dalam hidup i...

Pesan untuk Adik

Apabila pesan yang telah disampaikan kemarin-kemarin tidak sampai ke hati adik, semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat yang dapat dibaca berulang hingga pesannya sampai ke hati di kala adik lelah dan hilang arah. Dari dulu sampai sekarang masih sama, aku berpikiran bahwa kita sama-sama belajar bukan berarti aku yang lebih dulu lahir itu cerdas dan paling tahu dalam segala hal. Hanya kebetulan tahu lebih dahulu beberapa hal. Bolehkah harapan aku dan mereka yang menyayangimu, kami harap kamu menjalani hidup yang lebih baik (?) kalau kata ibu, keluarga tidak boleh dan tidak semestinya menjerumuskan.   Entah disadari atatu tidak, entah diingat atau tidak, pengalaman perjalanan melihat keindahan kota dengan suguhan kehidupan masyarakat atau taman kota itu punya maksud. Harapannya hati adik lebih lembut dan pemikiran adik lebih terbuka. Bahwa hidup itu indah. Dan untuk setiap sharing pengalaman yang disampaikan ada maksud untuk adik menjadi yang lebih baik. Yang pasti lebih baik dar...