Setelah hampir satu tahun bekerja, aku tak hentinya membuka
mata dan telinga. Jujur rasanya ku ingin mengatakan sumpah serapah untuk
situasi yang diluar dari alur yang benar. Bekerja di instansi pemerintah,
awalnya tidak membuat ku bahagia. Pemikiranku tentang birokrasi semuanya benar,
karena sekarang aku terjun langsung dan dapat merasakan. Hingga berjalannya
waktu, pekerjaan ini membuat ku tersentil, apa aku tega uang pajak masyarakat
tidak dimanfaatkan dengan baik. Jahat sekali aku menjadi pembiar yang
lebih mementingkan ego ku. Sedangkan aku dibesarkan dari uang hasil pekerjaan sebagai
abdi negara.
Kadang bingung sama orang-orang birokrat, bersikap congkak
seakan mereka benar. Iya benar untuk bertindak seenaknya karena mereka
berseragam, sedangkan masyarakat khususnya yang bahkan tak punya sepatu
bukanlah apa dibanding mereka. Malu ga sih pakai mobil dinas diluar jam kerja
buat keperluan pribadi, Malu ga sih memaksa untuk mendampatkan pelayanan lebih
cepat tanpa mau menunggu proses, malu ga sih memakan uang rakyat walaupun
sedikit, malu ga sih dapat posisi hasil dari main belakang, dan malu ga sih
pulang cepat ga sesuai jam kerja, serta malu ga sih ga menjalankan tugas tapi
tetep senang dapat penghasilan. E lupa kalau ternyata malu-nya orang-orang itu
sudah tak ada di depan Pencipta-Nya, ya apalagi di depan manusia lain.
Penilaianku untuk birokrasi Indonesia sekarang, luar biasa
reformasinya. Dua jempol untuk teman-teman di pusat dan kota besar yang memang
sangat terlihat dan terasa pengabdiannya. Meskipun aku ga tau dibalik itu, apa
mereka baik-baik saja atau tidak. Aku yang hanya sebagian kecil abdi di daerah,
mengakui masih banyak yang bener-bener pembawa kebaikan, tetapi yang aneh-aneh
lebih banyak yang perlu diingatkan kembali.
Terima kasih waktu, regenerasi dan reformasi membuat ku si
kecil melihat ada secercah harapan. Berharap pemain lama menjadi ingat dan yang
baru benar-benar menjadi pengingat. Selamat menjadi baik yang memang harus baik
..
Kandangan, 8 Desember 2019
Komentar
Posting Komentar