Beberapa hari terakhir membenamkan diri bersama orang-orang proyek untuk mengantar tidur dan menyongsong hari esok-ku. Bukan orang-orang proyek beneran ya, melainkan novel orang-orang proyek karangannya Ahmad Tohari. Berhasil menyentil, menohok, dan bahkan menampar saking cerita yang disuguhkan seakan nyata. Bukan seakan lagi, memang nyata.
Setiap mendengar kata "proyek", khususnya terkait infrastruktur. Aku sebagai orang awam membayangkan, "wah..bakal ada pembangunan nih" atau "waa senangnya bakal ada perbaikan jalan/gedung/bangunan ...". Iya memang benar ada pembangunan atau perbaikan, tetapi yang aku sayangkan banyak proyek-proyek yang diselenggarakan pemerintah dipegang oleh oknum-oknum nakal. Aku menyebutnya oknum ya, karena aku yakin pasti ada yang baik diantara yang kurang baik. Tidak sesuainya antara penganggaran-realisasi-pelaporan akibat banyak proyek yang dikerjakan bukan oleh pemenang tender, yang akhirnya dikerjakan oleh pihak kedua dimana pihak pertama mendapat beberapa persen uang proyek dari pihak kedua, kepentingan politik dari sisi pejabat atau masyarakat setempat, sampai hal-hal kecurangan di lini paling bawah seperti menurunkan kualitas bahan dan mencuri bahan untuk kepentingan pribadi, Ini nyata terjadi, entah semua proyek seperti ini atau hanya sebagian. Entahlah..
Aku sebagai abdi negara, bekerja untuk kepentingan publik beberapa kali menemui hal yang membuat aku termenung. Ini bener-bener aku lihat sendiri, karena kebetulan aku sering menemani tim evaluator kementerian yang sedang melakukan penilaian pelayanan publik ke daerah-daerah. Melihat kualitas instansi pelayanan publik di daerah, yang kenapa sih masih bisa-bisanya kurang layak padahal penganggaran sudah cukup besar. Tidak hanya di daerah ku, daerah sekitar ku, tetapi juga hal ini terjadi di daerah lainnya yang bahkan jauh dari daerah ku. Sepertinya hanpir setiap hari media mengekspos kasus terkait proyek-proyek nakal ini. Sering banget ngomong ke diri sendiri, "kok bisa gini ya?", "ini seriusan udah hancur aja jalan/bangunan-nya", dan bahkan sampai di titik "wey ini baru jembatan aja dikorup, apa kabar proyek jalan tol yang super panjang dengan dana yang pastinya super banyak telah dikucurkan!." , dan yang paling ga habis pikir adalah jalanan rusak yang akibatkan korban ; korban luka ringan hingga korban yang meninggal. Sadar ga sih wahai orang-orang proyek, ga bisa kita beranggapan proyek yang penting jalan dan beres tanpa memikirkan kualitasnya. Yekali yang penting hasil riil proyek terlihat dan jadi sesuai dengan tanggal yang ditentukan. Kalian menipu masyarakat, merusak amanah yang tertuang dalam pedoman teknis pembangunan untuk poin usia penyusutan dan usia bangunan itu sendiri. Yang semestinya tahan rusak untuk sepuluh tahun kedepan, lah baru setahun sudah rusak aja. Sayang masyarakat tidak se-melek itu, bayangkan sebenarnya aturan yang ada mampu menjerat kalian ke jeruji besi. Malu ga sih? harusnya sih malu jadi rayap.
Rantau, 16 Desember 2019
Komentar
Posting Komentar