Langsung ke konten utama

Oh Ini Rasanya Jadi Abah Mamah di Rumahku!



Mundur ke dua minggu yang lalu, aku diamanahkan sama orang tua ku untuk mengurus rumah. Banyak hal yang bikin aku tersadar dan mikir. Bener-bener rasanya “wah susah juga yaa”. Di rumah, aku ditemani kakak, adik, dan uwa ku (kakak nya mamah). Beberapa pekerjaan rumah seperti cuci baju dan menyetrika sudah ditangani orang. Tetapi untuk membeli kebutuhan rumah tangga, memasak, beberes seluruh isi rumah, antar jemput sekolah si adik ya di tangani oleh kami si para penghuni. Karena adik aku masih SD, jadi dia hanya ditugaskan untuk mencuci piringnya sendiri. Disisi lain kakak aku yang bekerja, sama seperti adik ku hanya membantu dalam mengurus cucian piringnya saja. Sebenarnya aku tidak mengharuskan untuk mereka membantu, ya paham-paham sendiri saja lah. Sebelumnya mamah sudah bilang dan memberikan pemahaman atas perlunya kerja sama dalam menyelesaikan tugas rumah tangga. Namun memang disayangkan, masih banyak kesadaran yang kurang. Jujur kalau di rumah ku, abah mamah ku ya mengerjakan sendiri aja. Mungkin sudah capek juga kali ya minta tolong dan ngatur akibat pekerjaan dan stress dari kantor yang menumpuk, dari pada lama (perlu waktu menggerakkan anak-anaknya) ya mending kerjain sendiri aja urusan rumah tangga.  

Apa kalian pernah di posisi menjadi “Kakak Rumah Tangga” seperti aku ini? Yang tidak hanya mengurus keperluan rumah tangga tetapi juga bertanggung jawab atas manajemen keuangannya. Bagiku dan beberapa teman yang pernah berada di posisi ini mengakui bahwa sangat susah menggantikan peran orang tua, ga kebayang apalagi kalau orang tua juga di haruskan untuk mencari uang. Wah yang kayak aku, uang tinggal datang dan aku hanya bertugas mengatur aja sudah merasa “hmmm” apalagi mesti banting tulang gitu ya. MasyaAllah I’m so proud with all of parents in this world. Sesusah itu peran mereka, makanya ga bisa semudah itu memutuskan untuk menikah. Ya emang harus dipikirkan jangka panjangnya atuh. Aku aja nih, mesti bangun subuh untuk memasak, manasin semua kendaraan, mengantar adik sekolah, beberapa hari sekali mesti ke pasar, sampai rumah beberes rumah, lalu masak, lalu menjemput adik, baru deh bisa istirahat. Kebayang ga sih kalau di tambah kerja juga? Mesti berlarian kesana kemari. Hedeuh!. Untung lah aku di bantu sama uwa ku, tetapi beliau hanya ku minta tolong bantu beberes aja. Alhamdulillah sangat meringankan. Disisi lain, aku jadi teringat hal yang paling sering di tanyakan mamah ku setiap mau pergi ke pasar yaitu “Minggu ini mau makan apa aja?”. Aku dan adik ku selalu memberikan jawaban yang sama “Terserah Mamah”. HAHAHA setelah aku gantiin peran mamah sementara, berasa banget pusing nya buat nentuin mesti masak apa nih per-hari biar ga bosan. Aku yang makan aja, kalau di kasih itu-itu aja pasti bosan..ya ga mungkin atuh aku masak itu-itu aja. Akhrinya aku menyiasati mesti makan apa aja dalam dua minggu terakhir ini dengan membuat list to eat per day, biar aku ga usah pusing nentuin. Sebenarnya sederhana aja hal ini, tetapi ya tetep harus mikir juga yak ternyata. Mungkin ada beberapa orang yang berpikir, “Kenapa ga beli aja makannya?”. Aku pengen bener-bener ngerasain peran mamah ku, karena mamah ku super jarang beli makan di luar. Beliau pasti menyempatkan untuk memasak sendiri. Sangat Ibu super mamah ku.

Nah tuh para calon orang tua, makanya anaknya dilibatkan sedari kecil agar mereka punya kesadaran masing-masing. Disisi lain anak juga harus berbakti sama orang tua nya. Sederhana aja ngebantu dikit-dikit untuk meringankan tugas orang tua kalian. Ga tau kenapa, aku percaya banget sama restu orang tua itu restu nya Allah. Perlu banget kerjasama dalam rumah antar orang tua dan anak untuk menjaga keharmonisan. Jangan sampai ada ego, yang sebenarnya malah membuat perpecahan. Hari ini orang tua ku datang, ini hari terakhir ku menjabat sebagai kakak rumah tangga. Terima kasih kesempatan, aku senang bertemu dengan mu untuk belajar.

Banjarbaru, 5 Maret 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unspoken (Terminal Arjosari)

Malang, 4 Maret 2017 sekitar Pukul 05.00 WIB. Kosan Teman Dapat telepon untuk bangun sekitar jam 04.00 WIB dari Ria read:nama samaran .  Ini dikarenakan malamnya aku menjanjikan untuk mengantar dia ke Terminal Arjosari dikarenakan dia ada acara di Surabaya. Padahal tidur baru sekitar dua jam, dan itu jujur susah sekali membuat tubuh dan otak berkompromi. Akhirnya aku tidur lagi. Tidak berapa lama dapat telepon kembali. Dan akhirnya aku bener-bener meniatkan bangun. Langsung ambil jilbab dan cari kunci motor. Pada saat itu pula aku menuju rumah Ria.  Jalan Kumandang adzan pun mulai terdengar bersaut-sautan. Sempat terpikir di pikiran, semisal mau sholat di rumah Ria. Tetapi ketika sampai di depan rumah, dikarenakan ternyata Ria buru-buru. Akhirnya ya sudah aku memutuskan untuk sholatnya sehabis mengantar dia. Ketika menuju Terminal, Ria berkata, "Aku aja yang bawa motor, km kelihatan ngantuk Nu". Tanpa berpikir dua kali, aku menyerahkan kunci ke dia. Di jalan, kita t...

Indescribable Feeling

Bicara mengenai Indescribable Feeling . Pasti semua orang pernah ngerasain itu, right? . Post ini hanya untuk have fun , meskipun ada sedikit unsur curhat (Read : Curahan Hati) . Jangan tanya alasan kenapa aku nulis ini. Anggap aja ini hanya sharing opini, kali aja berguna buat yang lagi ngerasain hal yang sama. " Love someone make us so motivated but at the same time we can feel so fool" (Nunu, 19th) Kata siapa orang pacaran cuman butuh nyaman? maybe everyone have a different point of view for this. But for me , itu ga cukup . If you have a relationship without goal and impact. Exactly, it just waste your time . Menemukan seseorang yang bisa mengerti, mengingatkan dan saling berbagi itu adalah hal yang penting. Jadi perlu win-win untuk kedua belah pihak. LOL!  I hope that you can find someone special like that. Amin

Hikmah dari Perjalanan Emosional

 “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu” (Qs. Al-Fajr: 27-30) Beberapa minggu terakhir aku sedang menonton dose of sunshine yang berkisah tentang kesehatan mental. Jujur alhamdulillah begitu banyak wawasan baru dari menontoh drama ini. Setiap episode nya mengisahkan kasus yang berbeda-beda. Dampak menonton dari drama ini, aku jadi sedikit lebih peka terhadap lingkungan, terhadap apa yang menimpaku, dan bahkan apa yang dirasakan oleh orang-orang di sekitarku. Lalu entah kenapa, secara kebetulan belakangan ini banyak teman-teman yang berbagi cerita tentang tekanan dalam bekerja.. tentang batalnya pernikahan.. tentang orang tua yang menekan keinginannya ke anaknya.. tentang cinta yang terbalas dengan baik dan sebaliknya. Jadi teringat di satu waktu, seorang teman mengutarakan bahwa ia seorang bipolar. Jujur aku kaget mendengar ceritanya. Aku merasa kayak "mas...