Buku Harian? Dahulu aku ingat banget pernah dapat tugas di bangku sekolah dasar untuk menulis buku harian. Di buku itu, aku wajib menceritakan keseharianku ngapain aja per hari-nya dan itu berlanjut selama satu minggu. Ujungnya buku nya hanya dikumpulin dan di paraf sama Guru Bahasa Indonesia ku. Kecewa banget lah waktu itu, padahal udah secantik mungkin nulisnya dari di kasih gambar-gambar karena dikirain bukunya bakal di nilai isinya and the fact is "no at all", dibaca aja ngga. huhu. Ya biasalah anak kecil, masih nilai oriented biar bisa juara kelas hmmm.. Tetapi ada satu hal paling aku ingat dari tugas ini, guru ku bilang kalau beliau sengaja meminta anak-anaknya mengerjakan tugas ini untuk melatih kebiasaan menulis. Karena banyak hal yang akan kita kenang ketika kita menulis. Menuangkan cerita melalui tulisan itu sifatnya longlasting than we just trying to keep it in our mind. Setelah di pikir-pikir its totally true, our mind exactly have a limitation. Maka dari itu kalau mengutip perkataan orang entah milik siapa, menulis adalah bagian dari mengukir sejarah dan menolak lupa.
Semenjak itu aku mulai menulis cerita-cerita kehidupanku di buku harian. Menulis dengan media buku ya, bukan melalui PC. Harus kudu pakai buku beneran buku bukan e-book karena butuh effort tersendiri bagi kita yang hidup di era digital buat gunain buku sebagai media tulis. Buku harian menjadi tempat menulis apa saja yang aku bisa tuliskan sembari mecoba berpikir keras untuk mengingat setiap detiknya; apa yang aku lakukan, siapa yang aku temui, apa yang aku rasakan, apa yang aku makan, buku apa yang aku baca dengan sedikit ringkasannya. Bagi sebagian orang ini terlihat sederhana tetapi menyenangkan bagiku. Kebiasaan ku yang ini bukan perkara yang semua teman-teman ku tau. Hanya yang terdekat yang aku kasih tau tetapi ada juga sih yang ga sengaja lihat di kamar ada buku harian dan jadi curious pengen tahu cerita kenapa aku nulis buku harian. Teman-teman ku rada bingung pas tau, jujur aku dibilang kayak anak kecil. Wah kalian belum ngerasain aja sih kebiasaan yang satu ini punya energi positif banget rasanya. Bagiku,menulis di buku harian itu banyak bawa kebermanfaatan. Banyak cerita yang ga bisa di share ke orang lain meskipun orang deket kita. Hanya cukup cerita ke Tuhan dan di simpan melalui buku harian. Rasanya ini buku kayak novel kehidupan pribadi. Kamu bisa bercerita sepuasnya, mengeluh sebebasnya, mencari kekuatan ketika syukur kita sedang surut, dan yang terpenting ia bisa menjaga rahasia kita dan siap mengantar serta mendampingi kita kapanpun dan dimanapun.
With Love,
Nunualfsyh
Malang, 6 Mei 2018
Komentar
Posting Komentar