Hampa.
Tidak ada siapa-siapa.
Aku pun tak ingin menyapa.
Dan aku hanya bertanya ini kenapa.
Pernah ga merasa sendirian meskipun sebenarnya banyak orang
di sekitar kita. Kita mau jalan dan berbincang sama siapapun sebenarnya bisa. Tetapi
hati kita merasa sedih aja. Ya sedih aja dan kita ga tau entah kenapa..
Di awal tahun ini, aku resmi menyandang predikat mahasiswi
tingkat akhir. Kerjaannya cuman ngerjain skripsi, skripsi, dan skripsi. Jujur
kangen belajar di kelas dan kangen dapat program kerja organisasi. Walaupun
belajar, ujian, dan menyelesaikan proker itu bukan hal yang mudah tetapi ada
adrenalin tersendiri menghadapinya. Berbeda rasa adrenalinnya dengan
mengerjakan skripsi. Bagi teman-teman yang belum skripsian, jangan ke dokrin
bahwa skripsi itu susah ya. Bukan susah! Seriusan. Kalian bisa, pasti bisa, dan
aku yakin! dengan catatan kalian komit dan mau kerja keras. Karena emang butuh
banyak-banyak kesabaran. Wah kata “semangat” dari siapun itu menjadi suntikan
tersendiri buat diri kita. Cerita perjalanan orang menyelesaikan skripsi dengan
cepat menjadi roda pendorong buat memacu niat kita. Mendengar harapan orang tua
tiap hari supaya anaknya cepat lulus menjadi tujuan utama dalam
penyelesaiannya, mengingat orang tua udah keluar duit banyak untuk kita. Ya kali
kita ga cepat-cepat selesaiin.
Tulisan ini bukan tentang skripsinya, tetapi tentang
kehampaan yang datang dikala kita lagi hectic
dengan skripsi dan tetek bengek data-datanya
yang ternyata tidak lolos uji. Wah jujur ya transformasi dirinya, makes me change significantly. Dari mahasiswi yang kerjaannya main terus dan
nongkrong tiap malam, lalu berubah menjadi mahasiswi yang organitation oriented yang kerjaannya rapat dari pagi ke pagi, dan
akhirnya di penghujung masa perkuliahan menjadi mahasiswi yang banyak mengurung
diri di kos dan berkutat di perpustakaan. Merasa hampanya kapan? Iya sekarang. Lalu
bertanya-tanya apa yang kurang, apa yang perlu dilakukan, kenapa niat nya masih
kurang? Kenapa datanya ga lolos uji? Ya tetap jawabannya mesti dicari sendiri.
Sampai pada satu titik, merasa lagi berada at my lowest point in the middle of preassure. Iseng-iseng berhadian
buka youtube, eh kebuka ceramah ustadz-ustadz. Iya ini! Ternyata ini yang aku
cari. Aku sholat ya sholat. Ngaji ya ngaji. Tetapi ternyata aku butuh yang
lebih dari ini. Aku butuh sesuatu yang membuat aku lebih sadar dan mencari cara
untuk menguatkan diriku. Spiritual. Wah parah sih emang ini best medicine ever for all of our comin’
random feeling which even we cant describe what is this feeling itself. Aku
pribadi jujur saja bukan muslimah yang subhanallah
ukhti bisa jadi panutan orang-orang. Tetapi aku sangat merekomendasikan
buat kalian yang baca ini, dunia dunia dunia tidak akan ada habisnya untuk
dikejar.. jangan lupa bersyukur dan bertawakal aja untuk semua yang kita
lakukan. Do your best dan serahkan
semuanya ke Allah SWT. "When you feel no
one will understand and stay here to support you, you SHOULD trust yourself,
you SHOULD trust that you have Allah SWT who
always close and stay on your heart. Have a nice day!",- Nunualfsyh
Notes : Jangan pas ada maunya aja ya lari ke Allah SWT. Hhe.
Malang, 3 Maret 2018
Komentar
Posting Komentar