Langsung ke konten utama

Pertemuan Keduapuluhsembilan : Mengenal Usaha Penerbit Buku

Resume ke : 29

Gelombang : 29

Tanggal : 30 Agustus 2023


Tema : Usaha Penerbitan Buku

Narasumber : Mukminin, M.Pd

Moderator : Gina Dwi Septiani, S.Pd, M.Pd


Kelas pada kesempatan ini berada pada angka yang cantik. Resume ke 29 pada gelombang 29, sisa satu lagi resume yang para peserta mesti kumpulkan. MasyaAllah time flies..


Narasumber kelas ini memiliki nama sapaan Cak Inin, beliau menginfokan bahwa dirinya benar-benar memutuskan untuk serius menulis di usia 55 tahun. Karena keseriusannya begitu banyak prestasi yang Cak Inin raih sesuai yang tertulis pada daftar penghargaan pada biodata miliknya ya dibagikan moderator. Dari perkenalan awal diri, Cak Inin memberikan semangat bagi kami para generasi muda dengan mengingatkan bahwa sukses tercipta apabila diri pribadi berhasil mewujudkan mimpi dan rencananya dengan tetap mengutamakan kebermanfaatan bagi orang lain. Aku setuju dengan kalimat beliau ini. Yapp.. kita sukses karena kita sudah berani untuk berusaha mewujudkan dan menyerahkan semua hasil hanya padaNya.



Bicara perihal tema hari ini, Cak Inin ternyata merupakan Founder usaha penerbitan buku yaitu : Kamilia Press.  Ia menceritakan perjalanannya sampai akhirnya membuat usaha ini. Selain dari itu, yang pasti ia memberikan gambaran tentang dunia kepenerbitan. Seperti halnya, ternyata Penerbit Buku ada 2 (dua) jenis yaitu Peberbit Mayor dan Penerbit Indie/Independen dengan karakter sebagai berikut:

 

1.  Jumlah Cetakan

-Penerbit mayor  mencetak bukunya secara masal. Biasanya cetakan pertama sekitar 3000 eksemplar atau minimal 1000 eksemplar untuk dijual di toko-toko buku.

-Penerbit indie : hanya mencetak buku apabila ada yang memesan atau cetak berkala yang dikenal dengan POD ( Print on Demand) yang umumnya didistribusikan melalui media online, seperti : Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, WA grup dll.



2.  Pemilihan Naskah yang Diterbitkan

-Penerbit mayor : Naskah harus melewati beberapa tahap prosedur sebelum menerbitkan sebuah naskah. Tentu saja, menyambung dari poin yang pertama, penerbit mayor mencetak bukunya secara masal 1000 - 3000 eksemplar. Mereka ekstra hati-hati dalam memilih naskah yang akan mereka terbitkan dan tidak akan berani mengambil resiko untuk menerbitkan setiap naskah yang mereka terima. Penerbit mayor memiliki syarat yang semakin ketat, harus mengikuti selera pasar karena tingginya tingkat penolakan.

-Penerbit indie : Tidak menolak naskah. Selama naskah tersebut sebuah karya yang layak diterbitkan; tidak melanggar undang-undang hak cipta karya sendiri, tidak plagiat, serta tidak menyinggung unsur SARA dan pornografi, naskah tersebut pasti  diterbitkan. ini adalah alternatif baru bagi para penulis untuk membukukan tulisannya.


3. Profesionalitas

-Penerbit mayor :  Penerbit mayor tentu saja profesional dengan banyaknya dukungan SDM di perusahaan besar mereka.


-Penerbit indie : Penerbit ini pun profesional, namun sering disalah artikan. Banyak yang berasumsi dapat menerbitkan buku di penerbit indie asal-asalan, asal cetak-jadi-jual. Sebagai penulis, harus jeli memilih siapa yang akan jadi penerbit buku kita. Jangan tergoda dengan paket penerbitan murah, tapi kualitas masih belum jelas. Mutu dan manajemen pemasaran buku bisa menjadi ukuran penilaian awal sebuah penerbitan. Kadang murah namun cover kurang bagus, kertas dalam coklat kasar bukan bookpaper ( kertas coklat halus). 


4.  Waktu Penerbitan

-Penerbit mayor :  Pada umumnya sebuah naskah diterima atau tidaknya akan dikonfirmasi dalam tempo 1-3 bulan. Jika naskah diterima, ada giliran atau waktu terbit yang bisa cepat, tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun. Karena penerbit mayor adalah sebuah penerbit besar, banyak sekali alur kerja yang harus mereka lalui. Bersyukur kalau buku bisa cepat didistribusikan di semua toko buku. Namun, jika dalam waktu yang ditentukan penjualan buku tidak sesuai target, maka buku akan dilepas oleh distributor dan ditarik kembali oleh penerbit.


-Penerbit indie : Tentu berbeda Penerbit Indie akan segera memproses naskah yang kami terima dengan cepat. Dalam hitungan minggu bukumu sudah bisa terbit. Karena memang, penerbit ini tidak fokus pada selera pasar yang banyak menuntut ini dan itu. Ia menerbitkan karya yang penulisnya yakin karya tersebut adalah karya terbaiknya dan layak diterbitkan sehingga kami tidak memiliki pertimbangan rumit dalam menerbitkan buku.


5.  Royalti


-Penerbit mayor :  kebanyakan penerbit mayor mematok royalti penulis maksimal 10% dari total penjualan. Biasanya dikirim kepada penulis setelah mencapai angka tertentu atau setelah 3-6 bulan penjualan buku.


-Penerbit indie :  umumnya 15-20%  dari harga buku. Dipasarkan dan dijual penulis lewat RB, Instagram, WA grup, Twitter, dll


6. Biaya penerbitan


-Penerbit mayor :  Biaya penerbitan gratis. Itulah sebabnya mereka tidak bisa langsung menerbitkan buku begitu saja sekalipun buku tersebut dinilai bagus oleh mereka. Seperti yang sudah disebut di atas, penerbit mayor memiliki pertimbangan dan tuntutan yang banyak untuk menerbitkan sebuah buku karena jika buku tersebut tidak laku terjual, kerugian hanya ada di pihak penerbit. 


-Penerbit indie :  Berbayar sesuai dengan aturan masing-masing penerbit. Antara penerbit satu dengan yang  lain berbeda. Karena pelayanan dan mutu buku yg diterbitkan tidak sama.


Wah benar-benar ilmu baru lagi buatku. masyaAllah Alhamdulillah. Meskipun masih dalam kegalauan untuk menerbitkan buku, sebenarnya aku ingin menerbitkan buku untuk berbagi pemikiran pada orang banyak tetapi masih ada kegundahan apakah aku akan menjualnya. Yha begitulaah.. we'll see my what will i do.. Ok ini closing statement dari Narasumber, "Tiada terlambat untuk menulis dan berbagi pengalaman. Menulis itu ibadah sebagai amal jarizah. Anda dikenal karena karya Anda. Ayo menulis dan terbitkan karya Anda." (Cak Inin, 2023)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unspoken (Terminal Arjosari)

Malang, 4 Maret 2017 sekitar Pukul 05.00 WIB. Kosan Teman Dapat telepon untuk bangun sekitar jam 04.00 WIB dari Ria read:nama samaran .  Ini dikarenakan malamnya aku menjanjikan untuk mengantar dia ke Terminal Arjosari dikarenakan dia ada acara di Surabaya. Padahal tidur baru sekitar dua jam, dan itu jujur susah sekali membuat tubuh dan otak berkompromi. Akhirnya aku tidur lagi. Tidak berapa lama dapat telepon kembali. Dan akhirnya aku bener-bener meniatkan bangun. Langsung ambil jilbab dan cari kunci motor. Pada saat itu pula aku menuju rumah Ria.  Jalan Kumandang adzan pun mulai terdengar bersaut-sautan. Sempat terpikir di pikiran, semisal mau sholat di rumah Ria. Tetapi ketika sampai di depan rumah, dikarenakan ternyata Ria buru-buru. Akhirnya ya sudah aku memutuskan untuk sholatnya sehabis mengantar dia. Ketika menuju Terminal, Ria berkata, "Aku aja yang bawa motor, km kelihatan ngantuk Nu". Tanpa berpikir dua kali, aku menyerahkan kunci ke dia. Di jalan, kita t...

Indescribable Feeling

Bicara mengenai Indescribable Feeling . Pasti semua orang pernah ngerasain itu, right? . Post ini hanya untuk have fun , meskipun ada sedikit unsur curhat (Read : Curahan Hati) . Jangan tanya alasan kenapa aku nulis ini. Anggap aja ini hanya sharing opini, kali aja berguna buat yang lagi ngerasain hal yang sama. " Love someone make us so motivated but at the same time we can feel so fool" (Nunu, 19th) Kata siapa orang pacaran cuman butuh nyaman? maybe everyone have a different point of view for this. But for me , itu ga cukup . If you have a relationship without goal and impact. Exactly, it just waste your time . Menemukan seseorang yang bisa mengerti, mengingatkan dan saling berbagi itu adalah hal yang penting. Jadi perlu win-win untuk kedua belah pihak. LOL!  I hope that you can find someone special like that. Amin

Hikmah dari Perjalanan Emosional

 “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu” (Qs. Al-Fajr: 27-30) Beberapa minggu terakhir aku sedang menonton dose of sunshine yang berkisah tentang kesehatan mental. Jujur alhamdulillah begitu banyak wawasan baru dari menontoh drama ini. Setiap episode nya mengisahkan kasus yang berbeda-beda. Dampak menonton dari drama ini, aku jadi sedikit lebih peka terhadap lingkungan, terhadap apa yang menimpaku, dan bahkan apa yang dirasakan oleh orang-orang di sekitarku. Lalu entah kenapa, secara kebetulan belakangan ini banyak teman-teman yang berbagi cerita tentang tekanan dalam bekerja.. tentang batalnya pernikahan.. tentang orang tua yang menekan keinginannya ke anaknya.. tentang cinta yang terbalas dengan baik dan sebaliknya. Jadi teringat di satu waktu, seorang teman mengutarakan bahwa ia seorang bipolar. Jujur aku kaget mendengar ceritanya. Aku merasa kayak "mas...