hari ini aku terusik,
dengan kisah pensil-pensil.
mereka diraut menjadi runcing.
apabila salah dan tak sesuai,
dengan mudah kita hapus.
namun tulisan yang tampak,
bisa pudar dimakan waktu.
dan sedihnya dengan mudah,
mereka patah.. patah.. dan patah.
karena kita berhenti cari kualitas.
yak! berulang saja seperti itu...
semakin beredar pensil murah.
kulihat banyak yang patah.
karena pengguna hilang arah.
tak tau cara merawatnya.
mestinya dipupuk bagai tanaman,
dan tak lupa perlu disiram.
karena mereka berpikir,
yang penting aku memiliki
dan orang tau aku miliki.
sudah..
cukup..
pada akhir kisah ini,
memiliki memang baik,
tetapi memaksimalkan penggunaannya
akan jauh lebih baik.
bukan menggampangkan,
seraya menyombongkan.
bahwa kamu lebih baik,
dibanding yang bahkan tak punya
atau hanya sekedar bergantung pinjaman.
bukan itu maksudku.
untukmu
untuk kita
Aku ikut bersedih atas salahnya penggunaan ijazah, di seluruh strata pendidikan. Yang membuat semakin tinggi pendidikan yang di ampuh satu individu, tidak membuat-nya benar-benar tersentuh. Menurutku, apalah arti pendidikan tinggi tetapi tidak mampu mengasah halus etika dan rasa. Apa kabar tujuan dari pendidikan itu sendiri? kalau hanya gelarkita buahkan kesombongan dan ilmu yang didapat hanya diperuntukkan bagi sebagian orang, guru kita pun akan menangis tanpa air mata atas hal itu.
Rantau, 23 April 2020
Komentar
Posting Komentar