“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu” (Qs. Al-Fajr: 27-30)
Beberapa minggu terakhir aku sedang menonton dose of sunshine yang berkisah tentang kesehatan mental. Jujur alhamdulillah begitu banyak wawasan baru dari menontoh drama ini. Setiap episode nya mengisahkan kasus yang berbeda-beda. Dampak menonton dari drama ini, aku jadi sedikit lebih peka terhadap lingkungan, terhadap apa yang menimpaku, dan bahkan apa yang dirasakan oleh orang-orang di sekitarku. Lalu entah kenapa, secara kebetulan belakangan ini banyak teman-teman yang berbagi cerita tentang tekanan dalam bekerja.. tentang batalnya pernikahan.. tentang orang tua yang menekan keinginannya ke anaknya.. tentang cinta yang terbalas dengan baik dan sebaliknya. Jadi teringat di satu waktu, seorang teman mengutarakan bahwa ia seorang bipolar. Jujur aku kaget mendengar ceritanya. Aku merasa kayak "masa sih?" secara kehidupan dia sangat baik-baik saja. Berkali-kali aku memastikan ke dia, tetapi ya.. itu lah hasilnya dari Psikiater yang ia datangi. Dan salah satu episode di drama ini menceritakan tentang pasien bipolar. Benar-benar nyata yaa.. aku kira hanya temanku aja yang melebih-lebihan kondisinya. MasyaAllah ilmu baru lagi buatku, di drama ini dijelaskan secara detail.
Tanpa kita sadar ternyata logika berpendapat dan perasaan hati kita sangat penting dalam kehidupan. Karena dua hal ini punya caranya sendiri dalam bekerja hingga akhirnya dibantu motorik dalam meresponnya. MasyaAllah atas kehendakNya kita merasakan berbagai emotional feeling. Namun ya itu tiap orang punya cara masing-masing merespon apa yang terjadi dalam hidupnya entah rasa senang dan sedih. Padahal apa yang terjadi antar orang hampir sama, tetapi menariknya responnya berbeda-beda dan dampaknya terhadap individu juga berbeda.
Bismillah tidak bermaksud menggurui, namun setelah diperdalam dan dipelajari memberikan waktu atas diri untuk beristirahat dari hiruk pikuk, seperti berkontemplasi atau menghibur diri yang lelah itu benar-benar perlu sih entah melakukan hal yang disukai sebelumnya atau bertemu dengan orang yang menebar aura positif. Kemudian yang tak kalah penting, menegakkan keyakinan iman di dalam prinsip kehidupan ini. Begitu menenangkan rasanya menikmati hati yang lapang, meyakini semua ini qadar Allah dan Ia pasti merencanakan hal baik yang lebih baik dari rencana kita. Sehingga sanpah emosi di dalam diri kita bisa perlahan kita tinggalkan atau dalam hal ini dilupakan agar kita rida seutuhnya padaNya. Yakini bahwa diri kita tidak sendiri dan kembalilah padaNya.. Ia merindukanmu bahkan melebihi seorang ibu pada anaknya. La hawla wala quwata illa billa hil adzim insyaAllah the best things will be come after through the hardest climb
Komentar
Posting Komentar