
bermula dari asumsi. aku tidak menyalahkan asumsi, semua
orang berhak atas itu. berasumsi lah sebanyak-banyaknya hingga kau tak punya lagi
kata dan kiasan untuk diungkapkan. tetapi jangan lupa, bukankah seyogyanya
memvalidasi adalah tahapan proses selanjutnya. tidak menggurui, karena apalah
aku dibanding kamu dan pengalaman mu.. hanya mengingatkan mungkin kamu lupa
saja. sejatinya apa yang dianggap benar tidak selalu benar. penambahan angka 5
+ 5 = 10 itu benar, kita diajarkan seperti itu tetapi lupa diajarkan bagaimana
angka 10 dihasilkan dengan metode penambahan. Bisa 2 + 8, 4 + 6, dan
seterusnya. sederhana tetapi kita sebagai individu terkadang lupa karena sudah
nyaman atau congkak terhadap diri dan sekitar. entahlah bagaimana kamu..entahlah
aku tak tau..
caring. poin ini aku jadikan penguatan untuk
mempositifkan pemikiranku tentang kamu. because you said to other
that you care about me, right?. semakin aku cari sebab-musahabab munculnya
asumsimu, aku tidak menemukan alasan yang kuat untuk menyalahkan keputusan ku. is
it somethng you called “caring” when you talk behind me? expect everyone who
knows about it will tell me or everyone supports you. hmph.. atau seperti
bocah sekolah menengah yang menceritakan kisah orang lain untuk menambah dan
memperluas relasi pertemanan.
teman... berarti kita tidak sedekat yang kau pikir. you
think that you know me so well, but exactly totally NO. yeaahh i always said
that you are a good one as a friend but we are not really a close friend. Butuh
tahunan untuk menganggap orang sampai di level ituu.
terima kasih telah membuat ku tersenyum. dari aku yang
selalu senang menemukan orang dengan pemikiran dan tingkah out of my mind..
Rantau, 30 Juli 2019
Komentar
Posting Komentar