Langsung ke konten utama

Bertanding: Menyerah atau Melawan?


Tugas Akhir 
"Tulisan ini ditulis menjelang seminar proposal ku di minggu depan. Jujur ternyata mengerjakan tugas akhir tidak semudah menuangkan air teh dari teko ke gelas. Ku kira bikinnya ya cukup tinggal masukin tehnya, gulanya, air panas, dan lalu di aduk. Iya teh nya memang jadi. Tetapi pertanyaannya sudah sesuai tidak takarannya?  Apa teh nya langsung bisa diminum atau didinginkan dulu? Tidak.
Ini cerita ku. Mungkin berbeda dengan yang lain. Iya tidak apa-apa. Everyone have their own story. And I want to share my mine..

Perasaan apa yang aku rasakan sekarang? Sedih ? Iya. Aku sudah mengajukan pengerjaan skripsi ini dari September dan sekarang sudah februari. Pengen nangis? Iya. Kenapa ini terasa begitu rumit ya? Tanyaku dalam benakku. Tetapi aku yakin aku bisa, aku yakin kepercayaan ini akan terus menguatkan ku. Terima kasih untuk orang-orang yang selalu menyemangati ku. Terima kasih juga untuk pertanyaan-pertanyaan kapan seminar dan sidang. Terima kasih .. terima kasih.. I can do!!!" (Ditulis Februari 2018)


Kemarin aku merasa berada di titik menggebu, dimana aku merasa lintasan tanding sedang lengang dan aku bisa berlari sekuat ku tanpa hambatan apapun. Kemudian aku berkali-kali dihadapkan dua simpangan yang aku tak tau perjalanannya seperti apa. Aku mendapat petunjuk awal tetapi itu hanya gambaran perjalanan. Ketika ditengah pemberhentian aku bertanya kepada pelatihku, ada yang dijawab dan ada yang menjadi pertanyaan balik ke aku. Lalu aku sempat kebingungan, yang mana yang benar? Apa ini jalan yang sudah benar? yang aku tau kini hanya kalimat "iya ini akan benar".

Aku pun memilih salah satu lintasan di persimpangan. Ternyata lintasan yang kali ini ku pilih membawa ku melihat banyak hal, proses bertanding ternyata tidak hanya semangat dan berlari sekuat-kuatnya. Selama perjalanan ini, aku diguyur hujan, merasakan teriknya matahari, dan terpaan angin yang membawa pasukan debu. Tetapi aku selalu berbicara dalam hati bahwa aku akan tetap melaju kedepan. Walau terkadang hati menjadi gundah, aku akan terap terus berlari. Aku tidak mau orang-orang yang mendukung ku sedih karena aku yang kalah melawan diri ku. Sesekali aku berhenti di tempat pemberhentian untuk hanya sekadar mengisi ulang energi dan semangatku.  Kini sekarang aku sedang di babak terakhir. Aku mengerahkan seluruh kekuatan berlariku...
(bersambung)
Kini perjalanan tiba-tiba melihat harapan tanpa adanya keyakinan bahwa ternyata memang benar perjalan yang ditempuh sekarang. Beruntung saja perbekalan sudah disiapkan dari jauh-jauh hari, aku hanya perlu mempersiapkan hal-hal kecil untung segera menyelesaikan perjalanan ini. Butuh waktu berhari-hari untuk memastikan perbekalan ini memang akan membantuku dalam menjalani perjalanan di babak akhir ini. Babak yang tidak hanya membahas tentang pemahamanku, tetapi juga mentalku. Setelah berhari-hari, akhirnya aku siap melanjutkan. aku siap berjalan dan berlari apabila diperlukan. Diawal lanjutnya perjalanan ternyata ada lintasan yang berliku-liku tetapi aku tau kali ini aku harus melangkah dan tidak mungkin berhenti sedikit pun. Kini aku benar-benar pakai kaca mata kuda. aku tau tujuan ku apa, aku tidak ingin lagi memelihara keraguan. Aku hanya butuh melangkah ke arah depan. Alhamdulillah aku sudah mencapai titik akhir perjalanan untuk melihat dunia yang lebih luas. Kini babak baru dimulai. Terima kasih kesempatan, amanah, dan kehadiran ridho-Mu. Stay tune on my other story on another condition..



dari aku yang masih banyak kurangnya
dari aku yang bersyukur memiliki Mu
dari aku yang ingin selalu di dekat Mu
''i believe with you" as always, nunualfsyh
Malang, 7 Juni 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unspoken (Terminal Arjosari)

Malang, 4 Maret 2017 sekitar Pukul 05.00 WIB. Kosan Teman Dapat telepon untuk bangun sekitar jam 04.00 WIB dari Ria read:nama samaran .  Ini dikarenakan malamnya aku menjanjikan untuk mengantar dia ke Terminal Arjosari dikarenakan dia ada acara di Surabaya. Padahal tidur baru sekitar dua jam, dan itu jujur susah sekali membuat tubuh dan otak berkompromi. Akhirnya aku tidur lagi. Tidak berapa lama dapat telepon kembali. Dan akhirnya aku bener-bener meniatkan bangun. Langsung ambil jilbab dan cari kunci motor. Pada saat itu pula aku menuju rumah Ria.  Jalan Kumandang adzan pun mulai terdengar bersaut-sautan. Sempat terpikir di pikiran, semisal mau sholat di rumah Ria. Tetapi ketika sampai di depan rumah, dikarenakan ternyata Ria buru-buru. Akhirnya ya sudah aku memutuskan untuk sholatnya sehabis mengantar dia. Ketika menuju Terminal, Ria berkata, "Aku aja yang bawa motor, km kelihatan ngantuk Nu". Tanpa berpikir dua kali, aku menyerahkan kunci ke dia. Di jalan, kita t...

Indescribable Feeling

Bicara mengenai Indescribable Feeling . Pasti semua orang pernah ngerasain itu, right? . Post ini hanya untuk have fun , meskipun ada sedikit unsur curhat (Read : Curahan Hati) . Jangan tanya alasan kenapa aku nulis ini. Anggap aja ini hanya sharing opini, kali aja berguna buat yang lagi ngerasain hal yang sama. " Love someone make us so motivated but at the same time we can feel so fool" (Nunu, 19th) Kata siapa orang pacaran cuman butuh nyaman? maybe everyone have a different point of view for this. But for me , itu ga cukup . If you have a relationship without goal and impact. Exactly, it just waste your time . Menemukan seseorang yang bisa mengerti, mengingatkan dan saling berbagi itu adalah hal yang penting. Jadi perlu win-win untuk kedua belah pihak. LOL!  I hope that you can find someone special like that. Amin

Hikmah dari Perjalanan Emosional

 “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu” (Qs. Al-Fajr: 27-30) Beberapa minggu terakhir aku sedang menonton dose of sunshine yang berkisah tentang kesehatan mental. Jujur alhamdulillah begitu banyak wawasan baru dari menontoh drama ini. Setiap episode nya mengisahkan kasus yang berbeda-beda. Dampak menonton dari drama ini, aku jadi sedikit lebih peka terhadap lingkungan, terhadap apa yang menimpaku, dan bahkan apa yang dirasakan oleh orang-orang di sekitarku. Lalu entah kenapa, secara kebetulan belakangan ini banyak teman-teman yang berbagi cerita tentang tekanan dalam bekerja.. tentang batalnya pernikahan.. tentang orang tua yang menekan keinginannya ke anaknya.. tentang cinta yang terbalas dengan baik dan sebaliknya. Jadi teringat di satu waktu, seorang teman mengutarakan bahwa ia seorang bipolar. Jujur aku kaget mendengar ceritanya. Aku merasa kayak "mas...